DIAKUIN - Seorang wanita yang mulai tumbuh dewasa, akhirnya mendaftarkan diri menjadi seorang mahasiswa di salah satu kampus kota Malang.
Sebagai orangtua, tentu saja berbahagia atas apa yang capai oleh putri tercintanya. Khususnya sang Ibu, selalu memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.
Sang Ibu pun memulai memberikan pesan-pesan moral kepada putrinya agar senantiasa menjaga diri. Kewajiban orangtua adalah selalu memberikan bekal materi, nasehat dan do’a.
Salah satu pesan seorang Ibu kepada putri tercintanya adalah jangan keluar malam, belajar sungguh-sungguh, jangan berpacaran. Karena yang demikian itu sama dengan menyakiti dan melukai hati kedua orangtua.
Ketika sudah menjadi mahasiswi, dimana kehidupan dunia kampus begitu panas dengan dunia percintaan dan pacaran. Lelaki dan wanita sudah biasa bersama-sama, walaupun belum menikah. Bahkan, berdua-duaan sampai malam larut tidak menjadi masalah, walaupun mereka tahu kalau hal itu dilarang agama dan juga melukai hati kedua orangtuanya.
Ketika diingatkan orangtuanya, atau saudara-saudaranya mahasiswi itu selalu menjawab:’’aku tidak pacaran, aku cuma teman biasa…! Padahal semua orang tahu, kalau dirinya itu berpacaran dan telah menodai agama dan petuah orangtuanya.
Setiap hari, mahasiswi ini selalu menampakkan sikap yang tidak patuh kepada Ibunya. Padahal sang Ibu pontang panting mencari duit untuk biaya kuliah dan uang saku. Ratusan juta sudah dikeluarkan untuk mengantarkan putrinya meraih cita-citanya. Orang Jawa bilang;’’kepala di jadikan kaki, kaki dijadikan kepala demi masa depan anak-anaknya’’.
Tetapi, karena dunia kampus begitu keras dan panas dengan segala persaingan cinta. Maka, nasehat orangtua seringkali ditinggalkan, bahkan tidak pernah direken sama sekali. Sebab, cinta itu telah membutakan dirinya. Bahkan semakin hari hubungan dengan lawan jenisnya semakin akrab, sehingga nyaris membahayakan sebagai seorang wanita muslimah.
Tidak ada cara lain bagi orangtuanya, kecuali segera menikahkan keduanya dari pada harus menderita setiap menyaksikan putri dan lelaki itu selalu berdua kemana-mana tanpa ikatan nikah.
Akhirnya, menikahlah kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu. Setelah menikah, keduanya terlihat bahagia, karena kedua merasakan bahwa pasangannya adalah pilihan tuhan.
Memang benar begitu. Tetapi, keduanya tidak merasa bahwa selama ini telah menyakiti hati kedua orangtua yang selama ini mengorbankan jiwa dan raga atas kelahirannya serta menyekolahkan dengan biaya yang cukup mahal.
Setahun kemudian, sang putri hamil. Ketika melahirkan, terjadi pendarahan yang begitu hebat. Berbagai cara telah dokter dilakukan untuk menyelamatkan putrinya. Ternyata darah tetap deras mengalir.
Orangtua terus menerus beristighfar kepada Allah SWT memohonkan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan oleh putrinya. Tetapi, darah itu tetap saja mengalir deras, seolah-olah tidak mau berhenti.
Sang Ibu yang selama ini sering dikecewakan oleh putrinya semasa menjadi mahasiswa, akhirnya melakukan cara aneh, unik, tergolong nekad. Karena cara ini tak lazim dilakukan.
Betapa terkejut anak dan menantunya, darah yang mengalir di ambil dan membasuhkan ke mukanya berkali-kali. Sambil berlinang air mata, ibu itu terus membasuhkan dara nifas sang putri ke mukanya.
Dengan ijin Allah SWT, tiba-tiba darah nifas itu berhenti (mampet). Orangtua mau melakuan ini demi putrinya, sementara sang putri masih belum merasakan kalau dirinya telah melukai hati sang Ibu salama menjadi mahasiswi.
Lagi-lagi, keajaiban muncul. Keikhlasan dan ketulusan seorang Ibu di dalam mengorbankan dirinya tidak ada batasan.
Ketulusan Ibu dan ayah mampu menggegerkan penduduk langit. Para malaikat pun mengucapkan amin, ketika ayah ibu berdoa untuk anak-anaknya. Kemudian, adakah pengorbanan anak yang lebih besar melebihi pengorbanan ayah bunda?
Sebagai orangtua, tentu saja berbahagia atas apa yang capai oleh putri tercintanya. Khususnya sang Ibu, selalu memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya.
Sang Ibu pun memulai memberikan pesan-pesan moral kepada putrinya agar senantiasa menjaga diri. Kewajiban orangtua adalah selalu memberikan bekal materi, nasehat dan do’a.
Salah satu pesan seorang Ibu kepada putri tercintanya adalah jangan keluar malam, belajar sungguh-sungguh, jangan berpacaran. Karena yang demikian itu sama dengan menyakiti dan melukai hati kedua orangtua.
Ketika sudah menjadi mahasiswi, dimana kehidupan dunia kampus begitu panas dengan dunia percintaan dan pacaran. Lelaki dan wanita sudah biasa bersama-sama, walaupun belum menikah. Bahkan, berdua-duaan sampai malam larut tidak menjadi masalah, walaupun mereka tahu kalau hal itu dilarang agama dan juga melukai hati kedua orangtuanya.
Ketika diingatkan orangtuanya, atau saudara-saudaranya mahasiswi itu selalu menjawab:’’aku tidak pacaran, aku cuma teman biasa…! Padahal semua orang tahu, kalau dirinya itu berpacaran dan telah menodai agama dan petuah orangtuanya.
Setiap hari, mahasiswi ini selalu menampakkan sikap yang tidak patuh kepada Ibunya. Padahal sang Ibu pontang panting mencari duit untuk biaya kuliah dan uang saku. Ratusan juta sudah dikeluarkan untuk mengantarkan putrinya meraih cita-citanya. Orang Jawa bilang;’’kepala di jadikan kaki, kaki dijadikan kepala demi masa depan anak-anaknya’’.
Tetapi, karena dunia kampus begitu keras dan panas dengan segala persaingan cinta. Maka, nasehat orangtua seringkali ditinggalkan, bahkan tidak pernah direken sama sekali. Sebab, cinta itu telah membutakan dirinya. Bahkan semakin hari hubungan dengan lawan jenisnya semakin akrab, sehingga nyaris membahayakan sebagai seorang wanita muslimah.
Tidak ada cara lain bagi orangtuanya, kecuali segera menikahkan keduanya dari pada harus menderita setiap menyaksikan putri dan lelaki itu selalu berdua kemana-mana tanpa ikatan nikah.
Akhirnya, menikahlah kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu. Setelah menikah, keduanya terlihat bahagia, karena kedua merasakan bahwa pasangannya adalah pilihan tuhan.
Memang benar begitu. Tetapi, keduanya tidak merasa bahwa selama ini telah menyakiti hati kedua orangtua yang selama ini mengorbankan jiwa dan raga atas kelahirannya serta menyekolahkan dengan biaya yang cukup mahal.
Setahun kemudian, sang putri hamil. Ketika melahirkan, terjadi pendarahan yang begitu hebat. Berbagai cara telah dokter dilakukan untuk menyelamatkan putrinya. Ternyata darah tetap deras mengalir.
Orangtua terus menerus beristighfar kepada Allah SWT memohonkan ampun kepada Allah SWT atas kesalahan-kesalahan yang selama ini dilakukan oleh putrinya. Tetapi, darah itu tetap saja mengalir deras, seolah-olah tidak mau berhenti.
Sang Ibu yang selama ini sering dikecewakan oleh putrinya semasa menjadi mahasiswa, akhirnya melakukan cara aneh, unik, tergolong nekad. Karena cara ini tak lazim dilakukan.
Betapa terkejut anak dan menantunya, darah yang mengalir di ambil dan membasuhkan ke mukanya berkali-kali. Sambil berlinang air mata, ibu itu terus membasuhkan dara nifas sang putri ke mukanya.
Dengan ijin Allah SWT, tiba-tiba darah nifas itu berhenti (mampet). Orangtua mau melakuan ini demi putrinya, sementara sang putri masih belum merasakan kalau dirinya telah melukai hati sang Ibu salama menjadi mahasiswi.
Lagi-lagi, keajaiban muncul. Keikhlasan dan ketulusan seorang Ibu di dalam mengorbankan dirinya tidak ada batasan.
Ketulusan Ibu dan ayah mampu menggegerkan penduduk langit. Para malaikat pun mengucapkan amin, ketika ayah ibu berdoa untuk anak-anaknya. Kemudian, adakah pengorbanan anak yang lebih besar melebihi pengorbanan ayah bunda?
kayak lagunya peterpan diatas normal, hehehe......
ReplyDeleteyoiii, kaki dikepala, kepala dikaki :v
DeleteLuar biasa pengorbanan untuk menjadi orang tua yang menjadi suri tauladan bagi anak-anaknya hingga berhasil.
ReplyDeleteSalam
salam :) makasih udh berkunjung ..
Deleteanaknya gak menghargai dan melupakan apa yg orang tuanya lakukan karena telah dibutakan oleh cinta
ReplyDeletepengorbanan orang tua harus kita contoh, nanti utk anak kita.. salam kenal :3
ReplyDeletebener banget mas agus :)
Deletesalam kenal juga
Jadilah anak yang soleh dan berbakti kepada orang tua karena kita pun kelak akan menjadi bagian didalamnya,,,,
ReplyDeletesetuju sama heri (y)
Deletekasihan banget ya ibu nya :(
ReplyDeleteiya gan :(
Deletesuatu saat kita semua juga akan berkeluarga menjadi orang tua anak - anak kita, di saat itu lah kita akan merasakan apa yang di rasakan orang tua kita dulu sewaktu merawat dan membesarkan kit
ReplyDeletejadi jangan pernah menyakiti persaan orang tua kita
thanks mbak sudah mengingatkan :)
iya gan sama sama, semoga bermanfaat
Deletekasihan orang tua.. mereka telah banyak bekeorban untuk anak..
ReplyDeletetapi anak gak mau berkorban untuk ortu :( miris
Deletepengorbanan orang tua tak akan pernah sebanding dengan pengorbanan anaknya ya mbk..
ReplyDeleteiya gan :) smart
Deletemantap mas,, lanjutkan sharingnya ya
ReplyDeletekomentar anda ditiap blog sama nih :) pake auto komen ya? wkwk peace
Deletehmmmmm,,,jadi terharu dengan pengorbanan orang tua untukku,, hatur nuhun nya
ReplyDeletesama sama :)
Deletewah jadi termotivasi nih mbak,,, thanks
ReplyDeletebtw dulu kya ada iklan adsensenya ya mbak tapi sekarang kok ilang ya??
iya dulu ada, sekarang udh ga mood maen adsense atau lainnya. ingin jadi blogger biasa aja :) nanti klo udh banyak visitor baru ..
DeleteKalo ngomongin tentang orang tua ane jadi sedih dan semangat lagi gan,, thanks for sharring
ReplyDeleteMemang orang tua itu keramat yang paling ampuh di dunia.. pandai2 lah membahagiakannya insya allah kita juga akan bahagia.. Garansi Dunia akhirat nih.. :)
ReplyDeleteCara terbaik kita, adalah mencoba membalas jasa-jasa kedua orang tua dengan berbakti kepada mereka. Lalu, berkorbanlah lagi untuk anak-anak kita.
ReplyDeleteastagfirullah al-adzhim, sangat mencerahkan artikelnya :)
ReplyDelete